Baju Dilucuti di Kamar Hingga Hubungan Fisik, Putri Candrawathi Beri Keterangan Ini Selama Pemeriksaan
Salah satu tersangka kasus pembunuhan Brigadir J yakni Putri Candrawathi kembali menyita perhatian publik.
Pasalnya, istri Ferdy Sambo tetap kekeh bahwa dirinya adalah korban pelecehan seksual oleh mendiang Brigadir J.
Putri Candrawathi sendiri diperiksa selama 12 jam pada 26 Agustus 202
Teranyar, selama pemeriksaan 12 jam kepada istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.
Kenakan baju serba hitam dan kacamata, Putri Candrawathi menghadiri jadwal pemeriksaan oleh Tim Khusus (Timsus) di Bareskrim Mabes Polri.
Masih kekeh dengan jawaban nya terkait dugaan pelecehan seksual.
Hal itu dikatakan kuasa hukum Putri Candrawathi, Arman Hanis.
Menurutnya, istri Ferdy Sambo itu masih tetap teguh pada keterangannya yang mengatakan bahwa adanya tindak pelecehan yang dialami.
“Ibu PC (Putri Candrawathi) juga menjelaskan bahwa beliau adalah korban tindakan asusila atau kekerasan seksual dalam perkara ini."
"Dalam BAP disampaikan seperti itu, dan keterangan klien kami juga sudah dicatat oleh penyidik dalam BAP tersebut” kata Arman Hanis, kuasa hukum Putri Candrawathi, dikutip dari Pikiran Rakyat, Minggu 28 Agustus.
Sebelumnya, Putri Candrawathi disebut mengubah keterangan sebanyak tiga kali dalam pemeriksaan penyidik Polri.
Pada pemeriksaan pertama Putri mengklaim dilecehkan oleh Brigadir J di kamarnya.
Saat diperiksa kedua kali Putri Candrawathi mengatakan Brigadir J hendaj masuk ke kamar lalu melucuti bajunya.
Pada pemeriksaan ketiga, dikabarkan bahwa putri kembali merubah keterangannya kepada pihak penyidik.
Dilansir Teras Gorontalo dari kanal Youtube Uncle Wira bahwa pada pemeriksaan yang ke 3, Putri Candrawathi memeberikan keterangan kepada penyidik bahwa ada hubungan fisik antara dirinya dan Brigadir J.
Keterangan istri Irjen Ferdy Sambo Ini berubah lagi pada pemeriksaan ketiga saat menjawab pertanyaan nomor 11 dari penyidik.
Putri mengatakan bahwa dia sedang berbaring dikasur ketika itu Brigadir J masuk ke kamar dan duduk di ujung tempat tidur tepat dibawah kakinya.
Setelah itu keduanya melakukan hubungan fisik, Polisi belum menentukan mana diantara tiga keterangannya itu yang benar.
Sementara itu salah satu YouTuber analisa dalam channel YouTube Anjas di Thailand menilai jika keterangan yang diberikan oleh Putri Candrawathi tidak sepenuhnya dapat dipercaya.
“Logikanya begini, kalau memang itu adalah kebenaran kenapa dong waktu awal mereka berbohong, sudah diakui Ferdy Sambo juga sudah mengatakan merubah alibinya. Kalau memang ada pelecehan kenapa itu harus dibohongi,” kata Anjas.
Katanya lagi, dugaan pelecehan seksual yang dilayangkan oleh Putri kepada Brigadir J sangat kecil kemungkinannya, walaupun mengarah ke sana.
“Menurut aku sih kalau dibilang karena pelecehan itu sangatlah kecil sekali walaupun atas asas praduga tak bersalah ada arah kesana,” ujarnya.
Berdasarkan pengamatannya, Anjas mengatakan jika kemungkinan besar yang menyebabkan terjadinya pembunuhan terhadap Brigadir J adalah karena keterangan yang diberikan Brigadir J kepada Putri Candrawathi terkait soal Ferdy Sambo.
Lantaran, keterangan yang diberikan oleh kuasa hukum Brigadir J dan Deolipa Yumara (mantan kuasa hukum Bharada E) mengarah pada dugaan isu perselingkuhan hingga kelainan seksual yang dialami oleh Ferdy Sambo.
“Kalau memang ada terjadi hubungan afair (perselingkuhan) antara Putri dan juga Brigadir Josua dugaan seperti itu, ya mana mungkinlah seorang kekasih tega menghabisi orang yang disayanginya,” katanya.
Diketahui, Putri Candrawathi rencananya akan dilanjutkan dengan pemeriksaan konfrontir yang akan dilaksanakan pada Rabu, 31 Agustus mendatang.
Kabarnya, sebanyak 80 pertanyaan diajukan oleh penyidik kepada Putri Candrawathi dalam pemeriksaan tersebut.
Terlepas, dari ‘Drama' kasus pembunuhan Brigadir J, yang pemicunya diduga dari misteri kejadian di Magelang.
Diduga dalang dan otak pembunuhan Brigadir J itu Ferdy Sambo, hingga menyeret istri tercinta Putri Candrawathi.
Hingga kini CCTV yang beredar luas dibeberapa media lalu masih dipertanyakan.
Pasalnya, CCTV yang menunjukkan aktivitas Brigadir J, Putri Candrawathi, Ferdy Sambo, hingga Bharada E, dari Magelang, hingga sebelum dieksekusinya Brigadir J.
Dikutip dari Narasi Newsroom, Kamis 25 Agustus, lewat verifikasi dengan metode yang cukup sederhana, melalui matahari dan sinar bayangan.
Kami mendapatkan sejumlah kejanggalan dalam CCTV yang beredar tersebut.
Meski Polri dan Komnas HAM telsh mengakui adanya rekayasa kasus Brigadir J.
Namun belum dijelaskan secara detail bagian penting dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Rekaman CCTV yang beredar itu diduga kuat memang hasil manipulasi.
Jelas rekaman CCTV tersebut banyak menghapus scene.
Hal itu masih jamak dilakukan karena rekaman berdurasi amat panjang.
Sampai disitu manipulasi masih bisa dikatakan wajar untuk kepentingan meringkas durasi.
Tapi menjadi tidak wajar, jika dilakukan bukan untuk meringkas durasi.
Melainkan membuang elemen-elemen penting seperti scene tertentu atau objek tertentu dalam frame.
Manipulasi ini termasuk dengan menambahkan elemen baru, atau objek tertentu dalam frame.
Contohnya, mengedit time stamp CCTV. Untuk mengecek lebih rinci bisa dilakukan metode Localization Tampering.
Yakni menganalisis frame by frame menghitung histogram dan menampilkan grafik histogram.
Karena, rekaman CCTV yang beredar adalah gabungan dari berbagai rekaman CCTV yang dijadikan satu. Sulit untuk metode Localization Tampering.
Dalam rekaman CCTV yang berada di rumah Ferdy Sambo.
Cara lain ialah memverifikasi time stamp CCTV yang ditampilkan dalam rekaman CCTV tersebut.
Kami mencoba melakukannya dengan sinkronisasi dengan arah bayangan matahari.
Diduga kuat ada foto yang diambil oleh YouTuber Anjas Asmara di Thailand diambil sebelum rombongan berangkat dari Magelang.
Mobil patwal ini identik seperti muncul di CCTV. Foto itu diambil dari depan rumah Ferdy Sambo di Cempaka Residence.
Mobil ini menghadap dari Timur ke Barat. Jika disinkronkan dengan jam matahari.
Foto ini diperkirakan diambil sekitar pada pukul 09.30.
Analisis yang sama juga kami lakukan pada CCTV dalam perjalanan di batas Kota Utara Magelang.
Begitu juga, pada rekaman CCTV, ketika Ferdy Sambo pulang ke rumah.
Rekaman CCTV ini disebut terjadi pada pukul 15.29 WIB.
Ini sinkron dengan jam matahari pada masa tersebut.
Ferdy Sambo tiba semenit kemudian di rumah.
Lalu, CCTV berikutnya memperlihatkan rombongan Putri Candrawati dan Brigadir J, tiba di rumah dari Magelang, pada pukul 15.41 WIB.
CCTV itu, menunjukkan aktivitas para ajudan Ferdy Sambo, termasuk Brigadir J melakukan aktivitas hingga tes PCR.
Jam 15.49, waktu terakhir Brigadir J terlihat di CCTV. Dan kejanggalan itupun muncul.
Pada 17.05 Putri Candrawathi disebut pergi ke rumah dinas menggunakan mobil MPV hitam.
Laju gerak mobil ini terekam CCTV sebuah rumah di jalan Duren Tiga Barat.
Dalam rekaman CCTV itu, mobil MPV yang ditumpangi Putri Candrawathi terekam 17.09.
Menariknya, jika mengecek bayangan matahari, waktu dalam CCTV tersebut tidak cocok.
Kami coba mempertajam bayangan mobil ini, sehingga terlihat outline bayang-bayang.
Hasilnya pun tetap tidak sinkron dengan jam matahari.
Bahkan, kejanggalan lain pun muncul pada rekaman CCTV berikut.
Menyusul Putri Candrawathi, terlihat Ferdy Sambo keluar dari garasi rumah di Saguling pada pukul 17.10.
Jika melihat dari jam matahari pada jam tersebut , bayangan mobil semestinya tidak mengarah ke situ.
Kami mencoba mengecek adalah objek lain di halaman rumah Ferdy Sambo yang menghalangi sinar matahari.
Misal pohon atau benda lain, sehingga menciptakan bayangan ini.
Nyatanya tidak ada, ini memang bayangan mobil Ferdy Sambo.
Jika disinkronkan dengan jam matahari, bayangan mobil mengarah ke titik tersebut, lebih cocok terjadi dalam rentang jam 11 hingga jam 3 sore, bukannya jam 17.10.
Kuat dugaan, rekaman CCTV tidak diambil pada jam 5 sore. Seperti yang tertera dalam rekaman CCTV tersebut.
Indikasi kejanggalan ini sudah diendus oleh Komnas HAM, ketika mereka menerima rekaman tersebut.
Ini kami tidak merasa puas dengan CCTV yang kami terima.
“Ya, itu diakui seolah-olah pergi ke suatu tempat bukan ke rumah dinas, ya. Kemudian kalau dilihat di CCTV itu kan patwalnya berhenti," ujar Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik dikutip dari Narasi Newsroom.
Sebelumnya dibangun keterangan, dia (Ferdy Sambo) ditelepon setelah terjadi kekerasan seksual dan tembak-menembak.
“Tapi itu kemudian diakui bahwa itu adalah skenario yang dia (Ferdy Sambo) buat," ungkapnya. ***