PARAH!!! Bayi Aneh di India Jadi Tontonan Warga, Kenapa Tak Ada yang Menolong?
Informasi mengenai bayi aneh di India menjadi viral di media sosial Indonesia.
Dalam pesan yang beredar, dikatakan bahwa bayi yang dikandung selama 11 bulan memakan usus ibunya. Bayi tersebut bahkan harus disuntik mati 17 kali agar meninggal.
Berikut informasi lengkapnya:
Bayi ini 11 bln dlm perut ibunya. Habis usus ibunya dimakan oleh Bayi ini, kemudian dokter mengoprasi ibunya untuk mengeluarkan Bayi ini... Ketika Bayi ini keluar, dia gigit tangan perawat... Setelah 3 jam si Perawat meninggal, IBU Bayi ini pun meninggal setelah Bayi ini keluar... Bayi ini lahir dgn berat 8 kg, setelah 3 jam bertambah naik beratnya menjadi 13 kg... Bayi ini lahir hari jumat, tidak tahu Allah ingin kasi peringatan apa untuk kita semua... Bayi ni kemudian dibunuh, dokter memberinya suntik mematikan sampai 17 kali baru bayi ini mati... Ini kisah benar-benar terjadi di India... Wallahu A'lam
Bersama dengan informasi tersebut, disertakan juga video yang menunjukkan seorang bayi dengan kulit kekuningan pecah-pecah, mata merah dan mulut lebar.
Dalam video terlihat bahwa bayi itu tergeletak di rumput dan orang-orang hanya menontonnya.
Dari pemberitaan Kompas.com tentang bayi India yang akhirnya diketahui memiliki kelainan genetik Harlequin Ichthyosis, muncul berbagai komentar dari masyarakat.
Salah satunya mempertanyakan, kenapa orang-orang dalam video hanya menonton bayi tersebut dan tidak menolongnya.
Hal ini pun menarik untu ditelisik lebih jauh. Apakah fenomena menonton bayi dengan sindrom Harlequin disebabkan oleh faktor yang sama dengan fenomena menonton orang kecelakaan?
Menjawab pertanyaan ini, Kompas.com menghubungi psikolog klinis dari Personal Growth, Kantiana Taslim.
Kepada Kompas.com, Kantiana mengatakan, fenomena menonton kecelakaan dengan menonton bayi dengan fisik aneh adalah dua hal yang agak berbeda.
Ketika sebuah fenomena terjadi di masyarakat, apalagi fenomena tersebut merupakan suatu hal yang jarang, tidak biasa, atau tidak umum, maka akan menimbulkan ketertarikan serta rasa ingin tahu masyarakat sekitar.
Inilah yang menjelaskan kenapa orang-orang berkerumun ketika bayi dengan sindrom Harlequin itu terbaring di rumput.
Ketika fenomena yang terjadi dianggap aneh atau menakutkan, dan orang-orang hanya berkerumun, menurut Kantiana, ini karena ada keraguan dalam diri individu untuk bertindak atau tidak.
"Hal tersebut dapat dikarenakan individu akan menimbang-nimbang situasi dan konsekuensi yang mungkin terjadi, dan apakah mereka siap untuk menanggung konsekuensi yang belum mereka ketahui secara pasti tersebut," terangnya.
Ini berbeda dengan fenomena menonton orang kecelakaan atau yang mengalami bencana.
Meski ada yang menolong, banyak juga orang yang lebih memilih hanya menjadi penonton kecelakaan saja.
Dalam pemberitaan Sains Kompas.com (8/8/2019), fenomena orang menonton kecelakaan disebut bystander effect.
Bystander effect adalah suatu fenomena dalam psikologi sosial ketika seseorang membutuhkan pertolongan karena kecelakaan atau bencana, tapi orang di sekitarnya tidak ada yang membantu.
Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut beranggapan bahwa akan ada orang lain yang menolong korban.
Akan tetapi, karena semua orang memikirkan hal yang sama, akhirnya tidak ada orang yang menolong sama sekali.
Oleh karena itu, fenomena ini disebut bystander karena orang-orang tersebut hanya menonton korban meminta tolong sambil berharap orang lain akan membantunya.